Bonus Demografi adalah
suatu keadaan yang sedang dialami oleh sutu negara dimana jumlah perbandingan
penduduk usia kerja yahni usia 15-65 tahun memiliki jumah lebih
besar dibandingkan penduduk bukan usia kerja dengan rentang usia <15 tahun dan usia >65tahun.
besar dibandingkan penduduk bukan usia kerja dengan rentang usia <15 tahun dan usia >65tahun.
Kantor
Berita Antara menyebutkan, Indonesia akan
menikmati bonus demografi pada tahun
2020. Ini mengingat
struktur penduduk Indonesia sedang
memasuki masa-masa keemasan, usia produktif (15-64 tahun) jauh
lebih besar ketimbang
usia nonproduktif (di bawah 15 tahun maupun di atas 65
tahun)[1].
Usia produktif
berkaitan langsung dengan lapangan pekerjaan. Dengan banyaknya jumlah usia
kerja, maka semakin tinggi pula persaingan dalam memperoleh pekerjaan. ditambah
lagi adanya Pasar Bebas Asean.
Pasar
Bebas ASEAN merupakan suatu wujud kesepakatan dari negara-negara di Asia
Tenggara untuk membentuk ASEAN Economic Community
(AEC) yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2015. Dengan adanya AEC ini,
diharapkan akan terjadi peningkatan arus barang, jasa, investasi, tenaga yang
terampil dan aliran modal antar negara di Asia Tenggara sehingga nantinya dapat
meningkatkan daya saing di pasar dunia. Hal ini akan
mengakibatkan masyarakat Indonesia yang tidak memiliki modal baik berupa
pendanaan maupun skill otomatis akan tersingkir.Dengan bonus demografi yang ada
maka apabila hal tersebut terjadi maka akan menambah beban tanggungan negara.
Dari permasalahan
tersebut kita sebagai masyarakat Indonesia dapat mencari celah dari adanya
Bonus Demografi dan Pasar Bebas ASEAN. Celah tersebut adalah bidang pertanian. Kebutuhan energi pada orang dewasa 1700-2250
Kalori[2]. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah terjadinya penyakit gangguan metabolisme. Kebutuhan energi
dapat diperoleh dari berbagai sumber bahan makanan yang mengandung
Karbohidrat, Protein, Lemak dan lain
sebagainya. Contoh sumber bahan makanan yang dapat menghasilakan energi bagi
tubuh kita adalah beras.
Sekali
makan seorang dewasa menghabiskan Y kg beras. Kebutuhan makan orang dewasa 2x
lebih besar daripada anak – anak. Dalam sehari kita makan sebanyak 3 kali. Berdasarkan
paparan Surya Chandra, anggota DPR Komisi IX, dalam Seminar masalah
kependudukan di Indonesia di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bahwa
jumlah usia angkatan kerja (15-64 tahun) pada 2020-2030 akan mencapai 70
persen, sedangkan sisanya, 30 persen, adalah penduduk yang tidak produktif (di
bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun ). Dilihat dari jumlahnya, penduduk usia
produktif mencapai sekitar 180 juta orang, sementara nonproduktif hanya 60 juta
orang.[3]
Maka perhitungannya
adalah :
Jumlah Kebutuhan Beras = (2 * Y * 3 * 180.000.000) +
(Y*3*60.000.000)
= ±1.080.000.000 +
180.000.000
=
±1.260.000.000 kg/hari
= ± 1.260.000
ton/hari
Jumlah tersebut adalah
jumlah yang tidak sedikit mengingat sudah banyak lahan pertanian yang mengalami
alih fungsi seperti perumahan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah cara supaya
pada saat terjadinya Bonus Demografi masyarakat tidak kekurangan bahan makanan.
Semakin banyak orang
pada usia produktif maka semakin besar pula kebutuhan akan pangan dan ini
merupakan salah satu peluang untuk membuka lapangan pekerjaan. Terutama bagi
masyarakat yang tinggal di pedesaaan. Masyarakat pedesaan diharapkan melakukan
usaha pertanian.
Hal ini dapat kita
lihat dari urban farming milik
Surabaya. Dengan konsep Urban Farming (Pertanian Perkotaan) yang tidak
membutuhkan lahan luas untuk bertani. Konsep ini merupakan salah satu
alternatif yang dilakukan Pemkot Surabaya. Tanaman yang biasa ditanam tidak
hanya tanaman hias saja. Bisa juga menanam tanaman sayur mayur, seperti
kacang-kacangan, umbi-umbian, dan buah-buahan. Menurut Kepala Dinas Pertanian
Kota Surabaya, Samsul Arifin mengatakan, bahwa pertanian yang cerdas harus
mampu menciptakan lahan pertanian sendiri. Walaupun, lahan yang sempit dengan
luas 200 meter hasilnya tidak kalah dengan lahan pertanian yang berhektar
hektar luasnya. Meskipun tidak ada lahan buat bertani, manfaatkan teknologi
dengan menanam dalam pot. Yang dikenal dengan Vertikultur, 3 batang vertikultur
sama dengan 100 m[4].
Cara yang ampuh dalam
melakukan pembelajaran adalah menggunakan metode Peer Teaching atau biasa
dikenal dengan metode tutor teman sebaya dalam istilah pendidikan masa kini.
Hal pertama dilakukan adalah masyarakat pedesaan bisa melakukan study banding ke Surabaya untuk
mengetahui cara – cara yang dilakukan untuk melakukan urban farming. Setelah melakukan study banding masyarakat tersebut
akan menularkan ilmu yang didapat kepada seluruh masyarakat yang ada di
pedesaan. Tidak semua penduduk desa melakukan study banding ini, tetapi
hanya beberapa perwakilan. Perwakilan
yang melakukan study banding adalah orang – orang terpilih yang ada di desa
tersebut dimana orang tersebut memiliki banyak teman. Metode belajar seperti
ini lebih mudah dimengerti karena orang – orang yang melakukan study banding
dapat melihat dan mempraktekan secara langsung. Kemudian alasan mengapa orang –
orang yang terpilih adalah orang – orang
yang memiliki banyak teman adalah karena ilmu tersebut akan lebih cepat
menyebar dimanapun dan kapanpun. Hal ini lebih efektif daripada melakukannya
dengan cara berdialog seperti dalam seminar. Poin lebih dari hal ini adalah orang
yang memberikan informasi adalah teman sendiri, sehingga tidak ada kecanggungan
dalam bertanya.
Metode Peer Teaching
ini sudah banyak dilakukan pada dunia pendidikan karena dirasa lebih efektif.
Bahkan saya dan beberapa teman saya ketika SMA merasa metode ini lebih mudah
dimengerti. Karena tidak seperti dalam kondisi formal kita bisa dengan leluasa
bertanya tanpa malu kepada orang lain
kapanpun dan dimanapun terlebih orang tersebut adalah teman sendiri.
Dengan adanya pekerjaan
yang menjanjikan tersebut maka masyarakat pedesaan diharapkan tidak akan
melakukan urbanisasi ke kota hanya untuk mencari pekerjaan, karena pekerjaan
yang tersedia di pedesaan lebih menghasilkan. Dalam hal ini kita bisa
menyelesaikan 3 permasalahan sekaligus yakni mengatasi kekurangan bahan pangan,
mengatasi pengangguran, serta pencegahan urbanisasi. Metode peer teaching ini
juga bisa mempererat hubungan antar sesama.
[1] Konadi
Win,Zainudin Iba, 2011.Bonus Demografi Modal Membangun Bangsa yang Sehat dan
Bermartabat.Majalah Ilmiah Unimus.Semarang.
[2] https://www.academia.edu/8166963/KEBUTUHAN_NUTRISI_UNTUK_DEWASA
[3] https://seronokcat.wordpress.com/planologi-2/kependudukan/bonus-demografi-bonus-demografi-jadikan-berkah-singkirkan-bencana/
[4] http://lh.surabaya.go.id/slhd/index4.html
0 comments:
Post a Comment